INTEGRASI CSR (Corporate Social Responsibility) Khususnya CID (Community Involvement and Development) pada perusahaan
Karakteristik fundamental dari tanggung jawab sosial adalah
integrasinya melalui semua bagian dari perusahaan dan kegiatan kegiatannya. Hal
ini mencakup membuat tanggung jawab sosial ke dalam suatu bagian penting dari
perusahaan, strategi, system, praktek, dan proses. Klausul ini memberikan acuan
untuk bagaimana perusahaan dapat mengintegrasikannya.
Integrasi strategis
Tujuan tujuan strategis CID dari sisi internal perusahaan perlu
dirumuskan, hal ini bukan hanya sebagai pertanggung jawaban pengelola perusaan
(BOD) pada pemegang saham, sekaligus penerapan CID berbasis kinerja.
Khusus untuk CID integrasi CSR bidang CID dengan perusahaan diperlihatkan
dalam bagan berikut:
Sistem Manajemen Stakeholder |
Menunjang
visi dan misi perusahaan
CSR ataupun bagiannya seperti CID seharusnya merupakan bagian dari
upaya untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, dan protofolio CID perusahaan
juga tergambar dari komitmen perusahaan yang tentunya diharapkan tertuang dalam
visi dan misi, Beberapa contoh visi dan misi
perusahaan yang sejalan dengan triple bottom line dapat dilihat sebagai
berikut:
Menjadi perusahaan energi berbasis batubara terkemuka di Indonesia
dengan pertumbuhan berkesinambungan yang dicapai melalui profesionalisme,
peduli terhadap karyawan dan lingkungan.
Perusahaan bertekad menjadi perusahaan yang terkemuka, tangguh dan
menciptakan nilai untuk shareholder dan stakeholder dengan fokus dibidang
eksplorasi dan produksi, minyak bumi & gas.
Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia, melalui pemberian
nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan.
Beberapa potongan kalimat atau kata yang merepresentasikan konsep
3P: "...dengan pertumbuhan berkesinambungan"; "...dengan
beretika/bermartabat"; "...peduli terhadap kepentingan stakeholder."
Selanjutnya, Visi, misi dan value yang telah sejalan dengan triple bottom line
tersebut harus diterjemahkan dalam strategi bisnis perusahaan yang sejalan
dengan pembangunan berkelanjutan.
CSR – CID serta tujuan-tujuan
Strategis Perusahaan
Visi, misi serta
value di atas diterjemahkan dalam bentuk yang lebih nyata yang menuntun pada
rencana aksi bersama seluruh elemen perusahaan yakni tujuan dan sasaran
strategis, setiap perusahaan tentunya
mempunyai tjuan dan sasaran strategis berbeda, misalnya rencana ekspansi, peingkatan kapasitas
produksi, penetrasi pasar, rencana untuk IPO dan lain-lainnya.
Program CSR
ataupun CID seharusnya dirancang untuk memberikan dampak pada tujuan strategis
tersebut. Sangat layak tujuan strategis disupport oleh semua pihak jika tujuan
strategis tersebut dalam upaya mencapai visi dan misi perusahaan yang
mengandung triple bottom line.
Dampak pada perusahaan
Pengembangan tujuan – tujuan stategis CID dapat dikembangkan dari
memadukan tujuan –tujuan perubahan sosial ekonomi, perbaikan kondisi lingkungan
bisnis dan pengembangan performa bisnis secara sinergis. Untuk itu perusahan
perlu keluar melihat kondisi eksternaldan melihat kedalam yakni kondisi
perusahan dan tujuan tujuan bisnis yang telah dirancang sebelumnya. Beberapa contoh dampak yang bisa untuk
dicantumkan (perlu disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal
masing-masing perusahaan) adalah:
1.
Penurunan
resiko sosial (konflik)
2.
Akses pada
sumberdaya penting misal tanah dam lainnya
3.
Efektifitas
manajemen rantai nilai
4.
Reputasi
5.
Akses pada
SDM lokal yang berkualitas
6.
Penerimaan
pasar
Tujuan tujuan tersebut perlu
diterjemahkan dalam sasaran spesifik yang bisa diukur , beberapa indikator
yang bisa digunakan diantaranya :
1.
Jumlah kejadian unjuk rasa
masalah tenaga kerja lokal
2.
Kecepatan pembebasan lahan
3. Keterlambatan delivery vendor local
4. Kesesuaian servis vendor local dengan permintaan perusahaan
5. Jumlah vendor local yang berperforma baik (efesien dan efektif)
6. Penurunan jumlah isu-isu negative tentang perusahaan dimasyarakat
Perumusan
tujuan internal di atas yang berpijak pada keadilan(win-win solution) akan
menjamin bahwa program CID akan dilakukan dengan serius dan berkelanjutan oleh
perusahaan, siapaun yang akan memimpin atau memiliki perusahaan dimasa datang.
Sedangkan dari sisi eksternal tujuan
inisiatif CID biasanya untuk peningkatan kesejahetraan masyarakat, tetapi
beberapa tujuan lain perlu dikembangkan seperti peningkatan inisiatif
masyarakat, peningkatan kolaorasi pembangunan lokal dan sebagainya, kaitan
antar hubungan diperlihatkan oleh bagan contoh berikut.
Untuk merumuskan
tujuan diatas, selain perlu mandat yang clear dari manajemen puncak, juga perlu konsolidasi potensi
internal dalam program CID, yakni kesamaan visi dan pemahaman antara berbagai pihak internal perusahaan
dalam pengembangan program. Setiap unit
kerja selayaknya melihat peluang peningkatan kualitas
hubungan antara masyarakat dengan perusahaan melalui program CSR dan
mengoptimumkan manfaat untuk memperbaiki performance unit kerjanya, sekaligus
memberikan kontribusi pada program
CID.
Perumusan dampak dan tujuan strategis tersebut dimulai dengan
mengenali tanggung jawab sosial perusahaan, yakni mengenali dampak positif dan
negative interaksi dan kehadiranya
dengan stakeholder dan mempertimbangkan ekspektasi stakeholder dan
komunitas. Memastikan manfaat yang
berimbang antara stakeholder dan masyarakat dengan perusahaan adalah jaminan
keberlanjutan komitmen perusahaan dalam jangka panjang sehingga menjamin
keberlanjutan program CSR dan CID perusahaan.
Bagaimana visi dan misi serta tujuan strategis perusahaan terkait
dapat diilustrasikan dalam bagan berikut, sekaligus terlihat gambaran keterkaitan
aktifitas perusahaan dengan inisiatif
CSR dan CID
Manfaat pada stakeholder dan komunitas
Manfaat untuk stakeholder
tersebut dalam bentuk yang terukur dan mudah dipahami oleh berbagai pihak,
bentuk bentuk manfaat yang mempunyai multy tafsir atau tidak memiliki
parameter/indikator capaian sebaiknya dihindari seperti peningkatan
kesejahteraan, peningkatan kualitas hidup
dan lain-lainnya.
Secara sederhana
dampak dapat dirancang dengan merumuskan 3 hal level tujuan secara logis dan
konsisten yakni tujuan, dampak dan output, ketiga level tujuan tersebut juga
dilengkapi dengan parameter capaian seperti contoh dibawah ini:
Hirarki tujuan
|
Diskripsi
|
Ukuran
|
Cara mengukur / sumber
data
|
Tujuan
|
1. Kesejahteraan
|
Indek IPM
|
Survei atau data dari BPS
|
Dampak
|
1.1 Peningkatan kesehatan
|
||
1.2 Peningkatan pendapatan
|
|||
1.3 Peningkatan pendidikan
|
|||
Ouput
|
1.1.1 Jumlah peserta program A
|
||
1.1.2 Jumlah peserta
program B
|
|||
……
|
|||
……
|
|||
Kegiatan
|
……
|
||
……
|
Integrasi dalam system manajemen
Dengan tujuan
strategis di atas maka CSR dan CID akan menjadi
kegiatan perusahaan, dan perlu dikelola dengan baik, untuk mencapai
tujuan tujuan di atas diperlukan sebuah
sistem pengelolaan yang baik yang berbasis kinerja. Untuk itu diperlukan sebuah system manajemen
agar mudah di evaluasi, diperbaiki dan dikembangkan dengan optimal yakni :
1. Output kegiatan yakni pendifenisian output yakni target capaian dan indicator serta Standar laporan, baik laporan mingguan, bulanan maupun laporan tahunan agar mudah dikominikaskan dan dievaluasi, baik oleh pihak internal maupun eksternal
Pendefenisian output di atas akan memudahkan memberikan kepastian ekspektasi manajemen dan unit kerja internal yang mendapatkan dampak langsung dari kegiatan CSR atau CID, seperti Humas, Produksi/operasional, unit pengelola lingkungan dan lain-lainnya. Melibatkan unit kerja lain dalam menyusun standard output sangat disarankan untuk menggalang dukungan bagi inisiatif CID
Pendefenisian output di atas akan memudahkan memberikan kepastian ekspektasi manajemen dan unit kerja internal yang mendapatkan dampak langsung dari kegiatan CSR atau CID, seperti Humas, Produksi/operasional, unit pengelola lingkungan dan lain-lainnya. Melibatkan unit kerja lain dalam menyusun standard output sangat disarankan untuk menggalang dukungan bagi inisiatif CID
Sama seperti unit kerja lainnya Unit
CID menyampaikan servicesnya pada
stakeholder dan unit kerja internal perusahaan. Outpt tersebut harus
terdefenisi dengan baik, agar ekspektasi perusahan, unit kerja lainnya dan
stakeholder pada unit CID sama dengan yang dipahami oleh team CID, mereka
haruslah dianggap sebagai konsumen yang perlu dilayani dengan standar pelayanan
yang sesuai dengan ekspektasi konsumen layaknya.
Dengan demikian perlu didefenisikan
apa value yang didelivery, seperti apa atribut valuenya dan bagaimana
mengukurnya. Ketidak jelasan output dari team CID sering mengakibatkan
menurunkan ekpsektasi dan apresiasi pihak lain, menjadikan team CID menjadi
warga kelas dua didalam perusahaan, bahkan muncul anggapan team CID sebagai
cost center yang tidak jelas hasilnya “kami yang mencari uang, mereka yang
menghambur hamburkan”. Kejelasan output akan mempermudah perencanaan kerja dan
kegiatan dan sangat berguna dalam membuat anggaran berbasis kinerja. Kejelasan
kinerja akan membantu mempermudah unit CID mendapat dukungan dari unit kerja
lainnya.
Pendefenisian output tim CID meliputi
setiap input yang dibutuhkan unit kerja lain pada unit kerja CID dan output
yang didelivery pada stakeholder, seperti penurunan resiko shutdown operasi
pada unit kerja operasi, bahan komunikasi bagi unit kerja Humas, data dan
laporan untuk unit kerja lingkungan dalam mendapatkan proper KLH, pembentukan
persepsi positif bagi perusahaan untuk memudahkan pembebsasan lahan,
peningkatan performa kinerja vendor local bagi unit manajemen rantai nilai. Pertanyaan
selanjutnya, output seperti apa yang harus dihasilkan dari Unit CID. Bentuknya seperti apa, standard penyampaiannya
seperti apa, dan bagaimana mengukur kinerjanya?
Hal tersebut juga yang dinyatakan
dalam persyaratan Proper oleh KLH yakni perusahaan dapat menunjukkan dokumen
rencana strategis pengembangan masyarakat yang didalamnya terdapat Program
bersifat jangka panjang dan dirinci dengan program tahunan yang disertai dengan
indikator untuk mengukur kinerja.
kepentingan internal perlu dirumusakn
bersama dengan unit lainnya oupt seperti apa yang dibutuhkan dari unit kerja
CID, dalam format seperti apa, seperti apa satndar outputnya? kapan
disampaikan, kepada siapa. Ketidak cerewetan internal kadang membuat unit kerja
CID kurang inovatif.
Pada pemetaan proses bisnis, jika satu
unit adalah penghasil jasa dan barang bernilai tambah bagi unit lainnya maka
yang harus dikenali dengan baik adalah:
·
Pendefenisian output unit kerja CID (bentuk layanan pada unit
lain, waktu layanan, standard dokumen layanan) yang mampu dihasilkan menuju
pemenuhan value proposition kliennya dalam hal ini stakeholder internal dan komunitas.
·
Kejelasan permintaan dan pemahaman masing masing unit kerja
terhadap unit lain sebagai pasarnya akan sangat menentukan kualitas proses
bisnis secara keseluruhan.
Untuk mendapatkan proper emas yang harus dihasilkan unit kerja CID adalah :
·
Laporan hasil pemetaan sosial dan ekonomi
·
Laporan Assessement kebutuhan sosial masyarakat dalam konteks
jangkan panjang lebih pada rencana strategi transformasi sosial ekonomi
berbasis sumber daya local
·
Laporan indek kepuasan masyarakat
·
Laporan analisis stakeholder
·
Laporan kemajuan program kerja
·
Analisis dan laporan perubahan tingkat resiko sosial
Sedangkan dampak yang diharapkan adalah
·
Penurunan resiko sosial
·
Peningkatan efektifitas manajemen rantai nilai khusus terkait
vendor lokal
·
Peningkatan
indek persepsi stakeholder
Output laninnya tentu akan ditambah atau
dikurangi sesuai dengan karakteristik perusahaan masing masing. Perlu kondisi
umu di aras dipertajam dengan pertanyaan berikut:
a) Apa
output dari unit kerja CID saat ini ?
b) Apakah
ada standard permintaan output CID oleh unit lain seperti unit Humas, unit
produksi, unit penangan lingkungan dan lain-lainnya? Dalam bentuk apa?
c) Bagaimana
proses pendefenisian output CID?
d) Menurut tim
CID apakah pihak yang menerima output-nya
puas?
e) Apakah
sering terjadi perubahan permintaan output? Bagaimana prosedur perubahannya?
f) Apakah
staff anda memahami dengan baik output yang diharapkan dari unit kerja CID?
apakah output tersebut cocok dengan sistem penilaian kinerja?
g) Apakah
pengaruh dan hubungan output unit kerja CID dengan tujuan pemenuhan kebutuhan perusahaan secara keseluruhan?
kebutuhan pasar? kinerja keuangan? dan lainnya?
h) Apakah
resiko terkait dengan kondisi sosial ekonomi, budaya lokal, situasi politik,
penerapan hukum dan kondisi hubungan dengan stakeholder eksternal yang
mempengaruhi output di atas? (dokumen dari risk manajemen)
i) Apakah
resiko terkait dengan aspek teknis dan aspek internal lainnya yang mempengaruhi
output di atas? (dokumen dari risk manajemen)
2. Proses
kerja yakni meliputi siklus pengelolaan kegiatan, pada organisasi CID menggambarkan kematangan organisasi dimana
·
Proses
didokumentasikan, dikenali, dipahami, dan dijelaskan dalam standar dan prosedur
serta didukung oleh alat dan metode.
·
Proses
dikendalikan menggunakan pengukuran yang tepat, Sub proses kunci dikendalikan
dengan menggunakan statistik dan teknik kuantitatif lainnya, Rencana
pengendalian digunakan. Sebab-sebab khusus dan penyimpangan diidentifikasi,
dievaluasi, dan dikelola risikonya
· Secara terus-menerus meningkatkan kinerja proses melalui
perbaikan teknologi dan inovasi. Tujuan perbaikan proses ditetapkan, secara
terus menerus direvisi yang mencerminkan perubahan tujuan bisnisdan
memperbaikan proses organisasi
Dengan demikian, perbaikan proses dari sejak awal didefiniskan dalam konteks
memperbaiki output setiap proses, dimana standard output telah
didefinisikan lebih dahulu.
Siklus
kegiatan tersebut adalah :
a) Assessement dan
analisisis, perusahaan harus memiliki metoda assessment dan analisis yang
memadai untuk bisa menghasilkan output yang diinginkan, khusus CID, assessement
yang dibutuhkan minimal adalah seperti yang diminta dalam persyaratan KLH untuk
proper yakni :
·
Pegenalan
dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari akititas perusaahaan
·
Identifikasi
ekspektasi stakeholder
·
Pemetaan
sosial ekonomi target sasaran
·
Identifikasi
peluang dan masalah
b) Perencanaan, perencanaan
dalam inisiatif CID terdiri dari 2 (dua) level yakni:
·
Perencanaan
diinternal yang meliputi lingkup kegiatan untuk mendapatkan tujuan strategis di
atas. Perlu dipastikan bahwa peencanaan partisipatif dilakukan setelah
diinternal dimiliki rencana kerja sebagai dasar officer perusahaan membuat
rencana dengan komunitas, hal ini sangat penting agar rencana bersama
stakeholder sejalan dengan tujuan strategis perusahaan.
·
Perencanaan
eksternal : Memobilisasi sumberdaya local untuk transformasi sosial ekonomi
melalui perencanaan partisipatif yang melibatkan komunitas dan stakeholder, perencanaan
dengan stakeholder meliputi assessment bersama siyuasi masyarakat, perumusan
tujuan dan rencana aksi bersama. Perencanaan dengan komunitas sebaiknya
menghindari simplifikasi proses yang
mengakibatkan perencanaan hanya mengarah pada pembuatan daftar kebutuhan
masyarakat, bukan upaya untuk membangkitkan inisiatif dan kemandirian.
c) Implementasi dan
membangun kapasitas, yakni membangun kapasitas
·
Internal
yakni kemamuan officer menjadi fasilitator untuk mengelola manajemen program
dan membangkitkan inisiatif masyarakat, kemapuan dalam mengelola konflik dan
lain-lainnya
·
Membangun
komunikasi dengan stakeholder
·
Membuat
laporan harian dan mingguan
·
Menjalankan
system peringatan dini gejolak sosial
·
Kemampuan
masyarakat dalam membuat inisiatif dan melaksanakan inisiatif mereka bersama
dengan perusahaan
d) Monitoring, veluasi dan
perbaikan, bagian akhir dari siklus manajemen ini harus dilakukan dalam konteks
internal dan ekternal, dalam pelaksanaan program perlu dilibatkan masyarakatt
untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan bersama-sama, karena perencanaan
dilakukan bersama maka tidak ada yang perlu disalahkan jika terjadi peyimpangan
3.
Input, untuk mendapatkan output
, selain proses di atas diperlukan input bagi terlaksanakan kegiatan dengan
baik diantaranya :
a) SDM yang memadai yakni
officer yang memiliki kualifikasi dalam ketrampilan manajemen serta mampu
sebagai fasilitator, katalisator, inisiator dan negosiator dalam masyatakat
b) SOP dan petunjuk teknis,sangat
dibutuhkan agar kegiatan berjalan dengan baik
c) Dukungan kebijakan baik
dalam penetapan anggaran maupun organisasi kerja
d) Fasilitas kerja
Budaya CSR dan CID
Bagaimana proses bisnis dilakukan juga dipengaruhi oleh budaya perusahaan, yakni nilai-nilai yang dianut perusahaan dan perilaku berinteraksi antar personal dalam
organisasi. Inti dari perbaikan proses bisnis tentunya inovasi proses yang
dilakukan terus menerus. Untuk mendapatkan hasil
kerja yang optimal, baik untuk staleholder dan perusahaan maka pengelolaan program harus dilakukan
dengan memenuhi prinsip tatakelola yang
baik, transparans, akuntabilitas, responsible, jujur dan fair. Prinsip prinsip
ini seharusnya menjadi budaya secara keseluruhan pada perusahaan, tapi khusus CID
dimana sangat diperlukan kolaborasi dan dukungan dari masyarakat sebagai titik
kritis penentu keberhasilan, maka tiada pelaksanan dengan tatakelola yang baik
sangat diperlukan.
Tatakelola yang baik tersebut ditaungkan
dalam kebijakan dan aturan yang dibuat perusahaan dalam melakukan CID atau CSR
secara umum.
·
Implementasi nilai-nilai
perusahaan yang ber GCG,
·
Keterkaitan KPI berbagai level dengan output unit kerja
·
Budaya inovasi (kompetisi di internal perusahaan,
Sistem Insentif, Sistem promosi, Kondisi kompetisi antar unit, Kondisi
kompetisi antar staf, pengelolaan talenta, dan budaya belajar serta pengelolaan
ide-ide inovatif)
·
Kebanggaan dan kepuasan karyawan
Yang perlu
dipertajam
a.
Implementasi GCG?
b.
Bagaimana penilaian kinerja? sistem
insentif dan sistem promosi?
c.
Kepuasan karyawan? Ekpsektasi
karyawan?
d.
Bagaimana proses dan pengelolaan
gagasan inovatif?
e.
Bagaimana proses pembelajaran dan
transfer pengetahuan dari staff senior kepada yang lebih junior?
f.
Apakah budaya perusahaan yang telah
dirumuskan telah konsisten dengan implementasinya?
g.
Apakah ada budaya perusahaan sebagai
pendatang yang mempengaruhi secara positif dan negatif terhadap budaya lokal?
h. Adakah
potensi budaya kerja yang berpotensi ditularkan pada ensternal perusahaan
terutama masyarakat sekitar
Organisasi
Faktor lainnya adalah kesesuaian organisasi
·
Struktur
organisasi (Kelengkapan unit kerja) dan pembagian gugus tugas
·
Pola
hubungan antara unit kerja CID dengan unit
kerja lainnya
·
Koordinasi
antar unit kerja
·
Kerja
sama dalam peningkatan output bersama
·
Kapasitas
unit support dan task forces
Pertanyaan yang perlu dikembangakn untuk mempertajam kesesuaian organisasi
a)
Apa Isu-isu yang bisa diputuskan
oleh Unit kerja CID ? bagaimana prosedur pengambilan keputusan? bagaimana
pengontrolan terhadap keputusan tentang isu-isu tersebut?
a)
Apakah ada pekerjaan dalam unit
kerja anda yang tumpang tindih dengan unit kerja lain (Kesamaaan jenis,
kesamaan objek, kesamaan keahlian dan lain lainnya).
b)
Kegiatan apa saja yang telah, akan
dan berpotensi dilakukan dengan berbagi sumberdaya (orang, anggaran, peralatan,
pengetahuan dan teknologi) dengan unit kerja lainnya
c)
Pekerjaan apa yang sering
membutuhkan koordinasi, keputusan dan dukungan dari unit kerja lainnya?
d)
Bagaimana bentuk koordinasi antar
unit kerja untuk meningkatkan output bersama
e)
Menurut anda pekerjaan apa saja yang
perlu pembentukan task force ?
f)
Apakah setiap keputusan unit kerja
anda mempertimbangkan dampak pada aspek eksternal (sosial, ekonomi, regulasi,
hukum dan lingkungan hidup)? Jika sudah, aspek apa saja yang menjadi
pertimbangan? Bagaimana keputusan tersebut dikomunikasikan dengan unit lainnya
seperti unit CID?
Pengembangan
system manajemen CID merupakan upaya membangun proses bisnis secara keseluruhan.
Sitem tersebut akan meningkatkan
kinerja keselarasan strategi vertikal di mana tujuan strategis dan
indikator kinerja di tingkat perusahaan yang proporsional mengalir ke
unit CID dan organisasi
yang relevan, unit kerja CID sampai level personal memiliki
tujuan yang selaras dengan tujuan bisnis. Dan terjadi juga penyelarasan horizontal
didapat dengan penyelarsan tujuan unit kerja CID dengan departemen lain secara proporsional mengakomodasi kebutuhan strategis dari beberapa departemen lainnya dan yang
pada akhirnya menjadi tujuan strategis
perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar